Monday, June 29, 2009

I’m not a girl not yet a woman…

Belum juga genap 25 tahun, aku udah mengalami krisis. Entahlah, apa aku yang terlalu mendramatisir keadaan atau apa. Saat ini aku sedang menyusun skripsi, tapi aku tidak pernah bisa fokus. Terlalu banyak hal yang mengganggu pikiranku. Ga banyak orang yang tahu bahwa sebetulnya aku rapuh di dalam, meskipun aku selalu berusaha terlihat “aku-adalah-orang-yang-humoris-dan-easy-going”.

Saat ini aku terancam akan membawa status sebagai anak yang orang tuanya divorce. Aku ga tau apa aku akan sanggup atau tidak. Fiuuhhh… kalo mikirin itu, udah deh males ngapa-ngapain. Aku masih sangat-sangat berharap salah satu pihak (hopefully dua-duanya…) dari kedua orang tuaku mau mengalah dan lebih mementingkan kepentingan aku dan Fanny, adikku. We need them both, come on… Masalah ini mempengaruhi hampir di semua aspek kehidupan aku. Bikin aku ngerasa aku bukan lagi aku yang dulu. Bikin aku ngerasa aku ga dihargai lagi sebagai seorang anak. Ini masalah keluarga, seharusnya aku dilibatkan, seharusnya mereka mendengar apa pendapat aku. Kenapa orang tua begitu egois?! Helloooo, I’m 22 now. Telah menempuh 140-an SKS di perguruan tinggi. Aku berhak dong ngomong. Please don’t think that I’m still a little girl... Mungkin aku emang masih seperti anak kecil, tapi aku ngerti, aku ngerti…

Ada lagi yang mengganggu pikiranku, masalah cowok. Hhhh, I have been in relationship with someone for at least 2 months. I knew from the very start that we’re different, so-so-so different. Mulanya aku pikir, we’re gonna make it. Tapi ternyata aku salah. We will never gonna make it, we will not be in the same track. Aku selalu berusaha menyesuaikan dengan apa yang menjadi kebiasaannya, tanpa dia pernah mau tau apa yang menjadi kebiasaanku. Kesannya aku terlalu maksa. Sucks, huhI have tried to talk to him, tried to ended the relationship because I can’t take it any longer, but he didn’t want to. Dan sekarang dia ngasih perhatian berlebih sama aku sebagai usaha dia mempertahankan aku. Heeuhhh, giung.